Diare ???? Jangan Anggap Sepele




Jangan pernah anggap enteng diare. Terlambat melakukan pertolongan pertama, bisa dehidrasi yang berujung pada melayangnya nyawa. Sebelum terlambat, kenali tanda-tanda dehidrasi dan cara praktis untuk pertolongan pertama.

Belakangan ini masyarakat di sejumlah daerah resah akibat wabah penyakit diare. Sudah ratusan orang terkapar di rumah sakit akibat penyakit ini, bahkan beberapa meninggal. Mayoritas penderitanya adalah anak-anak. Sebegitu beratkah diare? Diare, menurut sesialis anak, dr. Adi Tagor SpA, DPH, termasuk penyakit yang disebut preventable death (kematian yang dengan mudah dapat dicegah) karena sebetulnya bukan penyakit berat. Sayangnya, karena ketidaktahuan orangtua, anak bisa meninggal karena terlambat diobati.



Diare atau mencret, bisa diartikan sebagai buang air besar lebih dari tiga kali dalam waktu 24 jam dengan kekentalan yang cair dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Jenis ini disebut diare akut, yaitu diare yang dialami empat sampai lima kali per tahun. Ada juga diare kronik.

Dalam kondisi ini, anak mengalami diare, sembuh, lalu sebulan kemudian diare lagi. Biasanya ada hubungannya dengan kemiskinan dan kekurangan gizi terus-menerus. "Mula-mula diare akut tetapi tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan kekurangan gizi. Akibatnya, sistem pencernaan jadi sangat rendah. Ususnya tidak bisa lagi mengolah makanan," ungkap Adi.

Diare dan muntah merupakan mekanisme badan untuk mengusir kuman, racun, dan zat-zat tidak berguna. Namun jika berlebihan, harus di-stop. Jika tidak, lemas. "Yang berbahaya adalah jika dia lemas karena kehilangan cairan dan garam badan secara cepat. Jika kehilangan cairan secara lambat, tidak berbahaya karena dia bisa minum lagi dan bagus untuk mengeluarkan kuman."

Untuk kasus kematian karena diare, penyebab kematian bukan karena kuman penyebab diare, melainkan kehilangan cairan dan garam badan. Berbeda dengan penyakit lain di mana kuman penyebab penyakit tersebut mengeluarkan toksin atau racun yang menyebabkan kerusakan organ. "Penyebab kematian pada diare akut adalah karena cepat hilangnya cairan dan garam badan. Terutama pada anak-anak yang sangat kecil dan di bawah usia 1 tahun karena persediaan dan garam badan pada mereka sedikit. Jadi, secara cepat ia akan kehilangan kebutuhan minimal cairan dan garam badan yang seimbang. Hal ini disebut dehidrasi," papar Adi.

Gangguan Gizi
Diare erat kaitannya dengan masalah kebersihan lingkungan. Penyebab diare pada anak antara lain.
- Kurang bersihnya sanitasi lingkungan. Di Indonesia, kebanyakan pembuangan limbah rumah yang penuh dengan bakteri, tidak tertib. Di beberapa tempat malah menggunakan sungai sebagai sarana mandi, memasak, dan mencuci.

- Kurang tersedianya air bersih.

- Adanya vektor (pembawa penyakit), seperti lalat, kecoa, dan tikus. Hewan-hewan ini mengangkut bakteri atau kuman dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, tikus menginjak-injak atau kencing di alat-alat makan.

- Orang yang membantu melayani anak (child handler) tidak menjaga kebersihan. Jika kotor, jorok, dan tidak cuci tangan akan berbahaya bagi anak.

Diare tidak bisa dianggap remeh karena bisa menyebabkan gangguan gizi, karena ada infeksi pada usus. Pada usus manusia ada pabrik pembuat enzim (cairan kimia yang bisa menghancurkan dan menguraikan makanan sehingga bisa diserap oleh badan) yang terletak di jonjot-jonjot dinding usus.

Enzim itu mengeluarkan cairan kimia yang jika bertemu makanan bisa mengurai makanan sehingga menjadi mikro nutrien, yaitu bahan-bahan dasar makanan yang dengan mudah diserap pembuluh darah. Jika enzim tidak bekerja, makanan tidak bisa bekerja dan bentuknya masih kasar (kompleks dan tidak bsia diserap usus) sehingga keluar melalui anus sebagai diare. Gizi pun tidak masuk.

Pada manusia, ada proses intake (makanan yang masuk ke mulut) dan ada uptake (menyerap ke badan). Dalam keadaan tubuh normal, makanan tidak bisa 100 persen diserap tubuh. Pasti ada yang terbuang, kira-kira 20-30 persen terbuang. "Pada keadaan sakit (diare), akan tinggi sekali makanan yang tidak diserap. Persentasenya 70 persen, 30 persen diserap sedangkan yang 70 persen keluar lagi. Saat terbuang, tekanan penyerapannya tinggi sehingga justru menarik cairan badan," tutur dokter lulusan National University of Singapore ini.

sumber :tabloidnova.com

Komentar