Virus Singapura Menyerang Anak-anak


ALAM kini tak lagi bersahabat dengan anak-anak. Dilaporkan telah berjangkit suatu penyakit khusus yang menyerang anak usia sekolah. Memang belum membawa kematian, tapi penyakit yang disebabkan oleh virus Enterovirus 71 ini cukup mengkhawatirkan. Dikenal juga dengan nama Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) penyakit ini disinyalir berasal dari Singapura.


Di Indonesia sendiri virus Singapura telah berjangkit di beberapa daerah, antara lain di Solo di mana 130 warganya terinfeksi dan sebagian besar adalah pelajar Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sementara di Jakarta penyakit menular tersebut sudah berjangkit di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Bekasi. Namun Wakil Gubernur dan Walikota Jakarta Selatan membantah keras adanya virus Singapura di wilayahnya walau kenyataannya memang telah ada beberapa anak di Rumah Sakit Pasar Rebo yang dirawat akibat virus yang berasal dari negara tetangga tersebut.

Virus Singapura memang bukan penyakit berbahaya karena sejauh ini belum ada korban jiwa. Dari kasus yang ada, penderitanya dapat kembali sehat seperti semula setelah menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit. Tapi karena virus ini begitu mudah menular di kalangan anak-anak, tentu saja mudah memancing kepanikan orang tua. Proses belajar di sekolah otomatis juga terganggu.

Asal tahu saja, virus ini mudah menular hanya dengan kontak fisik atau jika seorang anak bermain terlalu lama dengan penderita. Terlebih lagi pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang sistem kekebalan tubunya masih rapuh.

Rasa Ngilu

Berasa ngilu dan nyeri pada tangan, kaki dan mulut adalah gejala yang sebaiknya diwaspadai sebagai serangan virus Singapura. Biasanya diikuti dengan timbulnya bintik-bintik merah berisi cairan di seputar mulut. Virus ini juga menyebabkan rasa perih pada bintik tersebut.

Anak-anak akan cenderung menggaruk bintik merah ini tanpa pikir panjang. Akibatnya, akan terjadi luka. Pada kondisi selanjutnya yang lebih parah adalah ketika si anak mendadak jadi lemah fisik dan kehilangan nafsu makan.

Masa inkubasi penyakit baru ini berkisar antara tiga hingga empat hari. Dari kasus yang sudah ditemui biasanya penderita akan sembuh dalam waktu tujuh sampai 10 hari, itu pun jika si anak dalam kondisi tubuh yang baik.

Namun jika tidak dan dibiarkan berlanjut bisa menyerang paru-paru dan otak. Tentu saja pada taraf ini ada kemungkinan bisa menyebabkan kematian. Yang paling mengerikan adalah penyakit yang baru saja timbul ini belum ada obat penangkalnya.

Umar Fahmi Achmadi, Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Penduduk, Departemen Kesehatan mengatakan bahwa sesungguhnya penyakit ini sudah pernah ada di dunia. Karena Singapura menjadi tempat terjangkitnya kembali virus menular ini maka pemerintah negara jiran itu terlalu melebih-lebihkannya.

Umar juga menyarankan agar masyarakat tidak terlalu panik dan jika memang diketahui anaknya mengidap gejala penyakit ini sebaiknya segera menjalani perawatan dan tidak bersekolah untuk mencegah penularan ke anak lain.

Dokter spesialis anak Jose Batubara turut membenarkan pernyataan Umar. “Sesungguhnya virus Singapura bukan berasal dari Singapura seperti yang banyak diduga orang. Penyakit ini sebenarnya sudah lama ada hanya saja kini kembali berjangkit dan Singapura menjadi tempat yang paling banyak penderitanya. Oleh karena itulah virus ini dijuluki dengan nama virus Singapura.”

Kepala Ikatan Dokter Anak Indonesia ini juga menyinggung bahwa anak-anak di belahan dunia mana pun mempunyai risiko terkena wabah virus ini, bukan hanya sekitar Asia Tenggara. Memang obat penangkalnya belum diketemukan tapi ini adalah jenis penyakit semacam flu yang akan sembuh dengan sendirinya. Mengenai kemungkinan memakan korban jiwa sangat kecil, kecuali jika si pasien memiliki kondisi tubuh yang sangat lemah.

“Yang patut dikhawatirkan adalah dampak dari penyakit ini yang menyebabkan kehilangan nafsu makan dan minum. Seorang anak yang dalam masa pertumbuhan bisa mengalami dehidrasi parah jika sama sekali tak mau makan dan minum. Oleh karena itu penderita harus segera mendapat perawatan jika sudah diketahui menderita gejala penyakit ini,” ujar Jose lebih lanjut.

Penderita juga tidak harus menjalani rawat inap di rumah sakit jika gejalanya masih berupa rasa perih sekitar tangan, kaki dan mulut. Kalau mulai diserang demam maka segera diberi obat turun panas biasa. Namun patut diwaspadai kalau si anak sama sekali tak mau makan yang tentu saja bisa berakibat munculnya penyakit lain seperti masuk angin, maag, dehidrasi, atau kekurangan gizi.

Singapura Sangat Tanggap

Tapi pernyataan Jose maupun Umar sendiri perlu disangsikan mengingat kasus penyakit ini begitu marak di beberapa negara tetangga. Di Singapura sendiri virus ini telah menyebabkan kematian tiga orang anak, masing masing berusia 14 bulan dan dua tahun. Bahkan pemerintah Singapura telah melakukan penutupan sarana umum seperti restoran cepat saji, taman kanak-kanak, dan semua tempat yang memiliki sarana bermain untuk sementara waktu.

Di negara berpenduduk 3, 2 juta jiwa itu sendiri telah ditemukan 363 kasus wabah virus Singapura sejak pertengahan September lalu. Sementara di Taiwan, 50 anak tewas pada tahun 1998 akibat virus yang sama.

Di Serawak, Malaysia virus ini memakan korban 30 nyawa anak-anak. Hingga tahun lalu di Johor, Malaysia tercatat sudah lebih dari 200 kasus berjangkit akibat virus ini.

Cukup mengerikan jika penyakit mematikan ini disikapi secara dingin oleh pemerintah. Terlebih korban dari penyakit itu adalah anak-anak belia, pemilik masa depan bangsa. (mer)

sumber : sinarharapan.com

Komentar