Menghentikan Cegukan



Cegukan atau hiccup adalah kondisi dimana manusia mengeluarkan suara seperti

orang tercekik di luar kontrolnya. Kondisi ini tentu saja mengganggu dan

sebenarnya menyimpan potensi bahaya bila sering terjadi.



Cegukan mempunyai istilah resmi Synchronous Diaphragmatic Flutter atau kontraksi

spasmodik (kekejangan) pada otot diafragma yang membentang di antara rongga dada

dan perut.

Kontraksi itu memaksa paru-paru untuk mengaktifkan katup epiglottis di pangkal

lidah (daerah kerongkongan-tenggorokan yang berfungsi memisahkan jalur udara dan

makanan) untuk menutup mendadak walau tidak ada rangsangan dari luar. Dari

sanalah keluar suara seperti orang tercekik.

Sepintas terlihat sederhana, tetapi di usia tertentu, menurut tokoh yoga dunia

BKS Iyengar, abnormalitas dari otot diafragma (baca: pengerasan) adalah indikasi

awal dari berbagai macam penyakit serius yang akan menjelang. Dari mulai

gangguan pernapasan, sistem pencernaan yang tidak sempurna, hiatus hernia,

hingga penyakit serius seperti jantung.

Elastiskan diafragma



Iyengar menemukan bahwa otot diafragma adalah pengontrol kedua dari dinamika

kehidupan manusia setelah otak tentunya. Bentangan dari otot diafragma yang

memisahkan kedua rongga penting tubuh, perut, serta dada, ternyata berperan

penting terhadap kemaksimalan kerja organ-organ yang ada di sana.

Otot diafragma yang buruk akan mengganggu kerja otot jantung serta paru-paru,

juga kerja organ perut yang otomatis memengaruhi efektivitas sistem pencernaan.

Selain otak, mayoritas organ penting dalam sistem kehidupan manusia terletak di

antara rongga dada serta perut, di mana otot diafragma memegang peran penting.

Menjaga asupan air minum dalam kuota normal adalah salah satu cara mencegah

cegukan. Menurut Felix Batmanhelidj, dokter yang menemukan peran vital air dalam

kesehatan, pengerasan otot umumnya terjadi karena manusia mengalami dehidrasi di

luar sepengetahuannya.

Cegukan sebenarnya adalah salah satu tanda awal dari kurangnya pasokan air dalam

tubuh, yang muncul jauh lebih awal ketimbang rasa haus (salah satu indikator

terparah bahwa tubuh memerlukan air). Secara tradisional sebenarnya masyarakat

awam mengetahui hal ini. Terbukti dengan munculnya terapi minum air sebagai

upaya awal menghentikan cegukan.

Yoga menawarkan jalan keluar lain yang juga sederhana. Dengan gerak badan kita

sendiri, cegukan bisa diminimalisasi lewat cara mengontrol pergerakan dari otot

diafragma tersebut. Beberapa pose terbalik akan memberikan sensasi gravitasi

berbeda bagi otot diafragma.

Buat yang sulit melakukannya, hal di bawah ini bisa dilakukan. Lebih mudah serta

menyenangkan bagi mereka yang mengalami masalah pernapasan (asma, gagal jantung

dll), juga mereka yang cenderung punggungnya membungkuk kedepan karena gangguan

tulang punggung semacam hyperkhyposis atau menyamping seperti skoliosis.

A. Matsyasana dengan guling



1. Duduklah di depan guling melintang, letakkan tepat di belakang tulang

punggung bawah. Duduk tegak, satukan kedua kaki untuk memperkuat struktur kaki

dan tulang punggung. Tekan tangan ke lantai untuk lebih melebarkan dada serta

bahu.

2. Rebahkan tubuh ke lantai, biarkan guling menyangga perut serta rusuk,

perlahan-lahan putar gelang bahu ke arah lantai sambil mengangkat dagu ke atas

(jangan berikan tekanan pada tulang serta otot leher), bentangkan tangan sejajar

dengan bagian atas guling.



3. Bernapaslah dengan mengaktifkan otot perut selama 30-45 detik.

Fungsi:
Melebarkan otot diafragma secara ekstrem, tetapi tanpa memberikan intimidasi

berlebihan pada tubuh karena keberadaan suport dari guling.


B. Sarvangasana modifikasi dengan kursi



1. Tidurlah di depan kursi, letakkan lipatan selimut tebal di bawah leher,

tempelkan perbatasan leher dan kepala pada ujung selimut. Letakkan kaki di atas

dudukan kursi dan buat sudut 90 derajat antara kaki dan paha.

2. Tekan telapak kaki ke dudukan kursi sambil mengangkat pinggul dari lantai.

Sangga pinggang bagian belakang dengan kedua tangan.

3. Usahakan membuat tulang punggung menjadi lurus sambil memperhatikan kondisi

tulang servikal (leher). Apabila terasa ada tekanan, segera hentikan. Ulang dari

awal dengan menambah ketinggian selimut atau memperbaiki posisi leher.

4. Bertahan selama mungkin sambil mengatur jalan pernapasan dengan normal.

Kembali aktifkan otot diafragma dengan membiarkan perut mengembang serta

mengempis saat menarik napas.

Fungsi:
Memberikan sensasi daya tarik gravitasi yang berbeda bagi diafragma. Mengubah

beban yang biasa dialami oleh otot tersebut, dari isi rongga dada ke isi rongga

perut. Stimulasi ini akan membuat tekanan otot diafragma pada paru-paru yang

mengaktifkan katup epiglottis dari posisi berbeda menjadi berkurang.

C. Supta sukhasana




1. Duduklah di depan guling sambil menyilangkan kaki. Biarkan sisi dalam kaki

menahan areal tungkai bawah bagian luar. Hadapkan seluruh jari kaki ke arah

depan.

2. Beri jarak sekepal antara tulang punggung bawah dengan guling. Tegakkan tubuh

bagian atas sambil melebarkan dada serta membuka bahu ke arah belakang.

3. Tanpa mengubah tubuh bagian atas, rebahkan tubuh ke atas guling. Biarkan

guling menyokong tubuh bagian atas dengan melebarkan dada serta seluruh isi

organ perut.

4. Letakkan lipatan selimut tebal yang rata untuk menyangga kepala. Terutama

bila dagu terletak di atas mata saat merebahkan diri ke posisi tidur yang

mengindikasikan rasa tegang berlebihan. Arahkan mata ke arah dagu.

5. Pejamkan mata selama 5 menit, ganti posisi kaki lalu lanjutkan dalam waktu

sama.





6. Luruskan kaki lalu lanjutkan pose ini ke pose Savasana (dead men's pose)

selama 10 menit.

Fungsi:
Memberikan kesempatan tubuh untuk bernapas dengan leluasa sesuai kapasitas

normalnya. Dukungan dari bentuk alamiah guling memberikan otot diafragma dan

paru-paru kesempatan untuk mengembang secara maksimal dan memudahkan terjadinya

proses pernapasan. Lipatan kaki meminimalkan tekanan pada bagian otot perut yang

memberikan sensasi rileks untuk mengenyahkan cegukan lebih baik lagi.

Oleh:
Erikar Lebang
Instruktur Yoga

Sumber: Senior

Komentar

  1. boleh juga nih..
    emang kadang cegukan suka bikin kesel... :P

    BalasHapus
  2. Klo dlu pernah denger kata'y klo cegukan di kagetin ajh..
    Haha
    Lucu deh klo inget jaman'y anak2..

    BalasHapus

Posting Komentar